http://www.jamilazzaini.com
Tulisan saya ‘Maunya Suami‘
(Selasa, 28 Agustus 2012) mendapat respon yang luar biasa dari pembaca
website ini. Terima kasih kepada sahabat semua yang sudah membaca,
memberikan komentar dan menyebarluaskannya. Beberapa dari respon itu ada
yang meminta saya untuk menulis ‘Maunya Istri’. Akhirnya, usai pulang
dari sholat Subuh di Masjid pagi ini, saya bertanya kepada istri, “Apa
maunya istri?” Ternyata, maunya istri tidak terlalu banyak. Saya jadi
malu, hehehe…
Sebagai istri, aku ingin kau benar-benar menjadi imam atau
pemimpinku. Sebagai imam maka ilmumu, ibadahmu dan penghasilanmu tentu
harus jauh lebih tinggi dibandingkan aku. Namun ketika mengejar itu, kau
tak boleh melupakan aku dan anak-anak. Saat gelisah, aku tak ingin
menunggu terlalu lama dipelukmu, karena itu benar-benar menenteramkan
jiwaku. Aku ingin kau lebih sering bermain denganku dan anak-anak.
Suamiku, melihatmu menemani anak-anak belajar dan bercengkrama dengan
mereka itu hal yang sangat berharga dalam hidupku. Candaanmu,
keusilanmu itu sangat menghiburku dan membuat tak ada jarak antara
dirimu dan buah hatimu. Kepedulianmu dengan saudara-saudaraku menjadikan
aku yakin bahwa aku tidak salah memilih imam dalam keluargaku.
Sebagai istri, tugasku mendukungmu dan mengangkat derajat anak-anak.
Oleh karena itu jangan kau menuntut karirku dalam bisnis terlalu tinggi,
karena itu menyiksaku. Pergi jauh dari rumah untuk urusan bisnis
tanpamu itu sangat tidak nyaman bagiku. Ketahuilah, menjadi ibu dari
anak-anak yang hebat itu lebih membahagiakanku.
Suamiku, aku tahu, bagimu menemaniku pergi ke pasar atau pusat
perbelanjaan itu terkadang menyiksamu. Please, tetaplah menemaniku
sebagai ganti karena kau tak selalu mengajakku saat kau berkelana
menjelajah ke berbagai penjuru.
Mendengar maunya istri, aku hanya bisa berkata dalam hati, “Aku bukan
lelaki sempurna, tetapi percayalah, aku akan terus berusaha
menyempurnakan hidupku dan hidupmu serta mewujudkan apa maumu.”
Salam SuksesMulia!
Semoga menginspirasi,, :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar