30 Juli 2011

Keutamaan Tilawah Al-Qur’an

1. Al-Qur’an adalah Kalamullah
a. Kitab yang Mubarak (diberkahi)
Allah SWT berfirman,
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ﴿٩٢﴾
“Dan Ini (Al-Qur’an) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (QS. Al-An’am (6) : 92)
b. Menuntun ke jalan yang lurus.
Allah SWT berfirman,
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا﴿٩﴾
“Sesungguhnya Al-Qur’an Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’ (17) : 9).
c. Tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya
Allah SWT berfirman,
لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ﴿٤٢﴾
“Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: (41): 42).
2. Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan.
Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (At-Tirmidzi dari Utsman bin Affan, hadits hasan shahih).
3. Al-Qur’an akan menjadi syafi’ (penolong) di hari Kiamat.
Rasulullah SAW bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat.” (Muslim dari Abu Umamah).
4. Beserta para malaikat yang mulia di hari Kiamat.
Sabda Nabi SAW,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik dan orang yang membaca Al-Qur’an  dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala.”  (Muttafaq Alaih dari Aisyah ra.)

5. Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an.
Sabda Nabi SAW,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak ada buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)
6. Penyebab terangkatnya derajat suatu kaum.
Sabda Nabi SAW,
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan menjatuhkannya dengan kitab ini pula” (Muslim dari Umar bin Khatthab).

7. Turunnya rahmah dan sakinah
Sabda Nabi SAW,
مَا مِنْ قَوْمٍ يَجْتَمِعُونَ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَقْرَءُونَ وَيَتَعَلَّمُونَ كِتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidak ada satu kaum yang sedang membaca, mempelajari, dan mendiskusikan kitab Allah, kecuali para malaikat akan menaungi mereka, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya, dan sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya.” (Ahmad dari Abu Hurairah).

8. Memperoleh kebajikan yang berlipat ganda.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia akan memperoleh satu hasanah (kebajikan), dan satu hasanah akan dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak katakan alif lam mim satu huruf, akan tetapi ali satu hurf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (At-Tirmidzi)

9. Bukti hati yang terjaga/melek.
Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ
“Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an, maka ia bagaikan rumah rusak.” (At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
Ahdaf (Tujuan) Tilawah Al Qur’an
1. Ibadah
Allah SWT berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴿٥٦﴾
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyat: 56)
Allah SWT berfirman,
لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ﴿١١٣﴾
Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).(QS. Ali Imran: 113)
2. Tsaqofah
Allah SWT berfirman,
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ﴿٨٩﴾
Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An Nahl: 89)

Referensi: Riyadhushshalihin
sumber : www.dakwatuna.com

28 Juli 2011

Marhaban Yaa Ramadhan 1432 H

Mentari pagi datang kembali, kicau burung bersahutan, senantiasa setiap hari. Begitulah isyarat alam menandakan pergantian waktu. Dan bumi terus berputar, dan bulan, dan matahari, dan semuanya berjalan pada garis edarnya sesuai dengan perhitungan. Siapa lagi yang dapat mengatur semua ini selain Tuhan Pencipta Alam, Allahu Akbar. Hanya Dialah, Tuhan Yang Maha Esa.

Satu putaran waktu mengembalikan kita pada bulan Ramadhan, sebentar lagi, hanya beberapa hari lagi.
"Allahumma bariklana fii Rojaba wa Sya'bana wa balighna fii Ramadhan"
"Ya Allah berkahilah kami di bulan Rojab dan Sya'ban dan sampaikan kami di bulan Ramadhan"

Waktu yang tinggal beberapa hari ini harus digunakan sebaik2nya untuk mengecek kembali persiapan kita, dari fisik, ruhiyah, fikriyah (ilmu), dan maal (harta). Oleh karena itu do'a di atas dimulai dengan bulan Rojab dan Sya'ban sebagai persiapan Ramadhan (pemanasan sebelum memasuki Ramadhan) dengan berlatih puasa, mengkaji ilmu fiqih puasa, ilmu seputar ramadhan, mengkondisikan ruh/jiwa kita dalam keimanan, dan mempersiapkan harta yang akan disedekahkan. Sehingga sebenarnya terlambat jika kita baru mempersiapkannya ketika memasuki Ramadhan. Namun jika baru menyadari maka harus mengejar persiapan itu semaksimal mungkin agar ibadah kita di bulan Ramadhan juga maksimal, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah,,sehingga datangnya bulan Ramadhan bagaikan datangnya tamu mulia yang harus kita jamu dengan sebaik mungkin dengan amalan kita.

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia karena Allah mulai menurunkan Al Qur'an pada bulan ini tepatnya pada 17 Ramadhan, Allah memberikan sangat banyak keistimewaan pada bulan ini. Sebuah waktu istimewa yang diberikan oleh Rabb kepada hambaNya untuk kembali mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah. Jika ada bulan lain kita disunahkan puasa senin-kamis, puasa ayamul bidh/tengah bulan, puasa muharam, dan maksimal puasa daud yaitu satu hari puasa satu hari berbuka berselang-seling, serta puasa sunnah lainnya. Maka pada bulan Ramadhan kita diwajibkan puasa satu bulan penuh, artinya kita akan lebih dekat kepada Allah, karena tujuan puasa adalah untuk mendekatkan diri kepadaNya. Dan bukankah do'a orang yang berpuasa itu mustajab?

Diriwiyatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Ada tiga (golongan) orang yang tidak akan ditolak doanya, yaitu pemimpin (penguasa) yang adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka, dan orang yang dianiaya. Doa mereka itu diangkat Allah di bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit, dan Allah berfirman, 'Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu waktu'.'' (HR Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah).

Amalan lain pun juga demikian akan semakin mendekatkan diri kita kepadaNya karena lebih rutin dilakukan dengan porsi lebih banyak di bulan Ramadhan. Dan subhanallah bahwa Allah akan melipatgandakan pahala di bulan Ramadhan. Bulan dimana setan-setan dibelenggu, pintu surga terbuka dan pintu neraka tertutup. Artinya bahwa kesempatan kita untuk beramal baik terbuka lebar di bulan ini dan akan dilipatgandakan, ibadah sunnah memiliki nilai seperti ibadah wajib dan ibadah wajib akan dilipatgandakan nilainya di sisi Allah, subhanallah. Adapun pintu neraka ditutup karena bulan ini penuh ampunan sehingga dengan mendekatkan diri kepada Allah, berharap Allah mengampuni dosa-dosa kita, menerima taubat kita, mengembalikan diri kita kembali kepada fitrahnya seperti ketika dilahirkan tanpa dosa, Berharap Allah mengampuni semua dosa kita, sehingga pintu neraka tertutup, dan kita selamat dari api neraka.


Marhaban Yaa Ramadhan, bulan mulia,,
kita sambut dengan bahagia, dengan senyum ceria,
dengan persiapan yang prima, dengan berbekal iman taqwa,
dalam rangka mendekatkan diri pada-Nya, sukses menuju jannah-Nya.
Bersihkan diri, bersihkan hati, kondisikan suasana sehari-hari menyambut tamu yang dinanti.